Jumat, 29 Januari 2010

aku...

Disuatu hari nan cerah, sesosok pria melenggang santai keluar dari pintu rumahnya. Dengan penuh harap ia pun berjalan pelan penuh simak dengan apa yang dilaluinya. Tanpa tujuan pasti, tanpa terpikir kelak yang terjadi, hanya ingin menikmati tiap jelajah jejak yang harus dilalui dan telah terlalui. Dan sampailah dirinya di sebuah mesjid, ia memutuskan tuk menghentikan sejenak langkah kaki sembari bercumbu dengan Illahi. Petang menjelang, perjalanan dilanjutkan. Tibalah kini ia di sebuah kota gemerlap penuh keindahan. Begitu indahnya hingga mampu menyilaukan hati. Langkahpun terhenti di pertokoan yang berjajar dengan dentuman musik yang tak henti berdendang. Rasa penasaran membawanya masuk, begitu menggiurkan apa yang ia saksikan. Namun semua sirna begitu fajar menjelang. Dengan lunglai ia berjalan kembali, begitu lunglai hingga emosi dapat menjarah kebebasan logika. Dan begitu mudahnya tangan menari meski terkadang menyakiti insan yang lain. Bertahun lamanya ia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, mengejar mimpi yang sama dengan malam itu. Lama sekali, sehingga suara - suara merdu pemanggil nurani terabaikan. Ia terus berjalan, kali ini dengan tertatih hampir dengan nafas terhenti karena sesak akan racun dunia. Dan bila kau bertanya padaku mengapa kutinggalkan itu semua, aku hanya bisa menjawab "Sebuah cermin menampakkan padaku, bahwa ada secercah cahaya yang masih bisa kuraih"

Alhamdulillah.


Yudhi Yunada

0 komentar: